Beruang Untuk Teddy
Saya memulai karir saya di dunia asuransi jiwa sebagai staff seorang manager asuransi jiwa. Pada saat itu saya kurang tertarik untuk ikut menawarkan polis asuransi karena belum memahami prodek dan manfaat yang dijual oleh perusahaan.
Kira-kira di saat yang sama pada waktu saya mulai bekerja di sana, tetangga saya baru saja melahirkan seorang bayi laki-laki yang sehat dan lucu bernama Teddy. Bukan hanya namanya yang mirip beruang tapi Teddy benar-benar lucu dan menggemaskan seperti boneka beruang. Saya selalu melewati rumahnya setiap kali, saya hendak berangkat dan setiap pulang bekerja.
Di lingkungan kami bayi memang “dijemur” setiap pagi dan “dianginkan” setiap menjelang magrib.
Sempat timbul keinginan saya untuk menawarkan polis asuransi pendidikan kepada Teddy, apalagi di kantor saya sering sekali mendapat pengajaran, bahkan belakangan ikut mengajarkan para agen, bahwa bayi perlu asuransi untuk memastikan biaya pendidikan dan berjaga-jaga apabila sampai perlu dirawat di rumah sakit. Tetapi Teddy sehat kok, pikir saya dan saya juga sungkan menjual polis kepada tetangga sendiri. Saya pikir kalau orangtuanya sampai menolak nanti malah hubungan yang sudah terbina jadi berantakan.
Karena kesibukan saya mulai berangkat ke kantor lebih pagi dan pulang ke rumah lebih malam sehingga tidak lagi berpapasan dengan Teddy dan orangtuanya.
Kira-kira setahun kemudian saya bertemu dengan orangtua teddy, saya pun berbasa-basi menanyakan kabar teddy. “aduh Mbak, kami sudah tidak kuat membayar biaya pengobatan Teddy, kami Putus Asa!” kata ibu Teddy. Saya terkejut bagaikan tersambar petir. Teddy rupanya menderita penyakit yang cukup serius. Sudah 3 tahun ini Teddy terbaring di rumah sakit. Dana yang sangat terbatas memaksa orangtuanya membeli obat yang menurut dokter kurang tepat sehingga keadaan teddy bukan membaik melainkan perlahan-lahan selama 3 bulan terakhir justru terkikis.
Ketika sore harinya saya menjenguk teddy, dia sedang tergeletak tidak sadarkan diri. Barbagai kabel dan selang infus menancap di tubuh mungilnya. Saya hanya dapat meletakkan sebuah boneka disampingnya. Saya sangat amat menyesal sudah menjadi orang yang acuh tak acuh dan tidak berani menawarkan asuransi kepada orangtuanya.
Kalau saja saya berani, mungkin teddy sekarang sudah sembuh karena ada biaya yang dapat membantunya berobat. Saya hanya bias menangis melihat keadaan teddy, Maafkan Tante, ya sayang.. semoga Tuhan berkenan memberikanmu kesembuhan.
Maafkan Tante ya, sayang…